FKIP Universitas Sriwijaya

FKIP Universitas Sriwijaya tempat peneliti melanjutkan studi

Wawancara pada Small Group

Pelaksanaan Wawancara pada saat small group di SMA Kusuma Bangsa Palembang

Tes Small Group

Tes dilaksanakan di Lab. Komputer SMA Kusuma Bangsa Palembang

Field Test

Sebanyak 20 siswa yang mengikuti tahap field-test di SMA Kusuma Bangsa Palembang

Field Test

Siswa Mengerjakan soal-soal berbasis online dengan menggunakan laptop masing-masing.

Saturday, August 31, 2013

Penulisan sintaks

Untuk menjawab soal-soal PISA yang membutuhkan "proses"  pada blog ini dapat dilakukan dengan mengikuti atauran berikut:


  1. Tanda + tetap ditulis +
  2. Tanda - tetap ditulis -\
  3. Tanda : atau / tetap ditulis /
  4. Tanda x (kali) ditulis dengan *
  5. Tanda < (kurang dari) tetap ditulis <
  6. Tanda > (lebih dari) tetap ditulis >
  7. Tanda kurang dari atau sama dengan (kurang dari atau sama dengan) ditulis dengan <=
  8. Tanda kurang dari atau sama dengan(lebih dari atau sama dengan) ditulis dengan >=
  9. Tanda pangkat misalnya (x pangkat dua)(x pangkat dua) ditulis dengan x^2
  10. Penggunaan tanda kurung biasa "( )" atau kurung kurawal "{ }" sangat dianjurkan untuk memisahkan operasi yang lebih dahulu dikerjakan.
Misalnya:
(2x  +  2y)  /  (5x  -  4)  penggunaan kurung sangat diperlukan untuk mengetahui operasi yang  lebih dahulu dilakukan atau menghindari salah penafsiran dari orang lain.

Tuesday, August 6, 2013

Buku Tamu

Sunday, August 4, 2013

Soal PISA Konteks: Pembangkit Listik

Berikut adalah soal PISA dilengkapi dengan jawaban:

Soal PISA Konteks: Pinguin

Berikut adalah soal PISA dilengkapi dengan jawaban

Soal PISA Konteks: Bersepeda

Berikut adalah soal PISA dilengkapi dengan jawaban

Saturday, August 3, 2013

Soal PISA 2012

Berikut adalah soal matematika pada PISA 2012

Soal PISA 2006

Berikut merupakan soal matematika pada PISA 2006

Rangking Indonesia dalam PISA (2000 - 2012)

Berikut adalah  peringkat Indonesia dalam  bidang matematika pada saat mengikut PISA (Program for International Student Assessment) dalam kurun waktu 12 tahun.

Soal PISA dan Jawaban

Berikut adalah contoh soal PISA level 3 dan 4 lengkap dengan jawabannya

Konteks Matematika

HTML Editor Sample Page

Dalam PISA, konteks matematika dibagi ke dalam empat situasi sebagaimana yang ditulis Hayat dan Yusuf (2010) berikut ini:

  1. Konteks pribadi yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan pribadi siswa sehari-hari. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentu para siswa menghadapi berbagai persoalan pribadi yang memerlukan pemecahan secepatnya. Matematika diharapkan dapat berperan dalam menginterpretasikan permasalahan dan kemudian memecahkannya.
  2. Konteks pendidikan dan pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau di lingkungan tempat bekerja. Pengetahuan siswa tentang konsep matematika diharapkan dapat membantu untuk merumuskan, melakukan klasifikasi masalah, dan memecahkan masalah pendidikan dan pekerjaan pada umumnya.
  3. Konteks umum yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menyumbangkan pemahaman mereka tentang pengetahuan dan konsep matematikanya itu untuk mengevaluasi berbagai keadaan yang relevan dalam kehidupan di masyarakat.
  4. Konteks ilmiah yang secara khusus berhubungan dengan kegiatan ilmiah yang lebih bersifat abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam melakukan pemecahan masalah matematika.

Konten Matematika dalam PISA

Berikut ini adalah konten matematika yang digunakan dalam PISA matematika yang sesuai dengan kurikulum sekolah (Hayat dan Yusuf, 2010):

  1. Ruang dan Bentuk (Space and Shape) berkaitan dengan pokok pelajaran geometri. Soal tentang ruang dan bentuk ini menguji kemampuan siswa mengenali bentuk, mencari persamaan dan perbedaan dalam berbagai dimensi dan representasi bentuk, serta mengenali ciri-ciri suatu benda dalam hubungannya dengan posisi benda tersebut.
  2. Perubahan dan Hubungan (Change and relationship) berkaitan dengan pokok pelajaran aljabar. Hubungan matematika sering dinyatakan dengan persamaan atau hubungan yang bersifat umum, seperti penambahan, pengurangan, dan pembagian. Hubungan itu juga dinyatakan dalam berbagai simbol aljabar, grafik, bentuk geometris, dan tabel. Oleh karena setiap representasi simbol itu memiliki tujuan dan sifatnya masing-masing, proses penerjemahannya sering menjadi sangat penting dan menentukan sesuai dengan situasi dan tugas yang harus dikerjakan.
  3. Bilangan (Quantity) berkaitan dengan hubungan bilangan dan pola bilangan, antara lain kemampuan untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung dan mengukur benda tertentu. Termasuk ke dalam konten bilangan ini adalah kemampuan bernalar secara kuantitatif, mempresentasikan sesuatu dalam angka, memahami langkah-langkah matematika, berhitung di luar kepala, dan melakukan penaksiran.
  4. Probabilitas/Ketidakpastian (Uncertainty) berhubungan dengan statistik dan peluang yang sering digunakan dalam masyarakat. Konsep dan aktivitas matematika yang penting pada bagian ini adalah mengumpulkan data, analisis data dan menyajikan data, peluang, inferensi.

Aspek-aspek Penilaian dalam PISA

Aspek yang diukur dalam PISA itu terdiri atas tiga aspek utama, yaitu:
a) Isi atau struktur pengetahuan yang diperoleh para siswa pada setiap bidang penilaian (misalnya,  pengenalan terhadap konsep matematika)
b) Proses yang harus dilakukan (misalnya, melakukan argumentasi matematika tertentu).
c) Situasi yang dihadapi para siswa berkaitan dengan permasalahan matematika dan pengetahuan serta keterampilan yang relevan yang dapat diterapkan (misalnya, membuat keputusan dalam kehidupan pribadi seseorang, atau memahami berbagai kejadian di dunia).

 No
Aspek Penilaian
Matematika
1
Defenisi
Kemampuan  untuk  mengenal  dan  memahami  peran matematika di dunia, untuk dijadikan sebagai landasan dalam  menggunakan  dan  melibatkan  diri  dengan
matematika  sesuai  dengan  kebutuhan  siswa  sebagai warganegara yang konstruktif, peduli, dan reflektif. Penggunaan  matematika  yang  lebih  fungsional memerlukan  kemampuan  untuk  mengenali  dan  merumuskan permasalahan  matematika  dalam berbagai situasi.
2
Dimensi Isi
Bidang dan konsep matematika:
Bilangan (Quantity).
Ruang dan bentuk (Space and Shape).
Perubahan dan hubungan (Change and Relationship).
Probabilitas/ ketidakpastian (Uncertainty).
3
Dimensi Proses
Kemampuan  yang  menggambarkan keterampilan proses matematika:
Reproduksi (operasi matematika sederhana).
Koneksi (menggabungkan gagasan untuk memecahkan masalah secara langsung).
Refleksi (berpikir matematika lebih luas).
Pada  setiap  kelompok  soal  tingkat  kesulitannya bervariasi dan bertingkat.
4
Dimensi Situasi
Situasi  beragam  sesuai  dengan  hubungan  yang  ada dalam lingkungan:
 Pribadi
 Pendidikan dan pekerjaan
 Masyarakat luas, dan
  Ilmiah

Sekilas tentang PISA

PISA adalah suatu penilaian secara international terhadap ketrampilan dan kemampuan siswa usia 15 tahun (Shiel et al, 2007). Selain itu PISA merupakan studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas IX SMP dan Kelas X SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (science literacy) (Yusuf, 2007). Penelitian yang dilakukan PISA meliputi empat periode, yaitu tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012. Pada tahun 2000, penelitian PISA difokuskan pada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada tahun 2003 aspek matematika menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek sains pada tahun 2006 dan pada tahun 2009 aspek membaca kembali menjadi fokus utama. Studi PISA dilaksanakan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation & Development) dan Unesco Institute for Statistics untuk mengukur kemampuan siswa pada akhir usia wajib belajar untuk mengetahui kesiapan mereka dalam menghadapi tantangan masyarakat pengetahuan (knowledge society) dewasa ini. Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu menguji kemampuan anak muda itu untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, dan tidak semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah. Orientasi PISA mencerminkan perubahan dalam tujuan dan sasaran kurikulum, yang lebih memperhatikan apa yang dapat dilakukan siswa dari apa yang mereka pelajari di sekolah dan tidak hanya memperhatikan apakah mereka telah menguasai materi tertentu. Oleh karena itu diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan literasi matematika (mathematical literacy). Dalam OECD (2009a) dijelaskan definisi dari literasi matematika (mathematical literacy), yaitu: Mathematical literacy is an individual’s capacity to identify and understand the role that mathematics plays in the world, to make well-founded judgments and to use and engage with mathematics in ways that meet the needs of that individual’s life as a constructive, concerned and reflective citizen. Dari definisi ini, kita dapat mengatakan bahwa dalam PISA siswa diminta untuk merefleksi dan mengevaluasi materi, bukan hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar tunggal. Seseorang dikatakan memiliki tingkat literasi matematika apabila ia mampu menganalisis, bernalar, dan mengomunikasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif, serta mampu memecahkan dan menginterpretasikan penyelesaian masalah matematika dalam berbagai situasi yang berkaitan dengan bilangan (Quantity), ruang dan bentuk (Space and Shape), perubahan dan hubungan (Change and Relationship), probabilitas/ketidakpastian (Uncertainty).

Level PISA

Level 1
 Para siswa dapat menjawab pertanyaan  yang konteksnya umum dan dikenal serta semua informasi yang relevan tersedia dengan pertanyaan yang jelas. Mereka bisa mengidentifikasi  informasi  dan  menyelesaikan  prosedur  rutin  menurut  instruksi yang  eksplisit.  Mereka  dapat  melakukan  tindakan  sesuai  dengan  stimuli  yang diberikan.
 
Level 2
 Para siswa  dapat  menginterpretasikan  dan  mengenali  situasi dalam  konteks  yang memerlukan  inferensi  langsung.  Mereka  dapat  memilah  informasi  yang  relevan dari sumber tunggal dan menggunakan cara representasi tunggal. Para  siswa  pada  tingkatan  ini  dapat  mengerjakan  algoritma  dasar,  menggunakan rumus,  melaksanakan  prosedur  atau  konvensi  sederhana.  Mereka  mampu memberikan alasan secara langsung dan melakukan penafsiran harafiah.

Level 3


Para  siswa  dapat  melaksanakan  prosedur  dengan  baik,  termasuk  prosedur  yang memerlukan keputusan secara berurutan. Mereka dapat memilih dan menerapkan strategi memecahkan masalah yang sederhana. Para  siswa  pada  tingkatan  ini  dapat  menginterpretasikan  dan  menggunakan
representasi  berdasarkan  sumber  informasi  yang  berbeda  dan  mengemukakan alasannya.  Mereka  dapat  mengkomunikasikan  hasil  interpretasi  dan  alasan mereka.

Level 4
Para siswa dapat bekerja  secara efektif dengan model dalam situasi yang konkret tetapi  kompleks.  Mereka  dapat  memilih  dan  mengintegrasikan  representasi  yang berbeda, dan menghubungkannya dengan situasi nyata. Para  siswa  pada  tingkatan  ini  dapat  menggunakan  keterampilannya  dengan  baik dan  mengemukakan alasan  dan pandangan  yang  fleksibel sesuai dengan konteks. Mereka  dapat  memberikan  penjelasan  dan  mengkomunikasikannya  disertai  argumentasi berdasar pada interpretasi dan tindakan mereka.




Level 5

Para siswa dapat bekerja dengan model untuk situasi yang kompleks, mengetahui kendala  yang  dihadapi,  dan  melakukan  dugaan-dugaan.  Mereka  dapat  memilih, membandingkan,  dan  mengevaluasi  strategi  untuk  memecahkan  masalah  yang rumit yang berhubungan dengan model ini. Para siswa pada tingkatan ini  dapat bekerja  dengan  menggunakan pemikiran  dan penalaran  yang  luas,  serta  secara  tepat  menguhubungkan  pengetahuan  dan keterampilan  matematikanya  dengan  situasi  yang  dihadapi.  Mereka  dapat melakukan refleksi dari apa yang mereka kerjakan dan mengkomunikasikannya.

Level 6

Para  siswa  dapat  melakukan  konseptualisasi  dan  generalisasi  dengan menggunakan  informasi  berdasarkan modelling  dan  penelaahan  dalam  suatu situasi  yang kompleks. Mereka dapat  menghubungkan sumber informasi berbeda dengan fleksibel dan menerjemahkannya.  Para  siswa  pada  tingkatan  ini  telah  mampu  berpikir  dan  bernalar  secara matematika. Mereka dapat menerapkan pemahamannya secara mendalam disertai dengan  penguasaan  teknis  operasi  matematika,  mengembangkan  strategi  dan pendekatan  baru  untuk  menghadapi  situasi  baru.  Mereka  dapat  merumuskan  dan mengkomunikasikan  apa  yang  mereka  temukan.  Mereka  melakukan  penafsiran dan berargumentasi secara dewasa.